Kelapa Pohon Kehidupan
Kelapa menjadi bagian
tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di kawasan Asia Pasifik sejak
dahulu. Betapa tidak hampir seluruh bagian tanamannya mulai daun hingga ke akar
digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Daunnya
digunakan sebagai dekorasi atau janur, wadah sesajian, maupun ketupat. Buahnya untuk bahan pangan seperti minyak kelapa, santan, air kelapa dan non
pangan seperti sabut untuk keset atau batok untuk arang. Batangnya jadi kayu
bangunan atau jembatan. Hampir tidak ada tanaman lain yang manfaatnya bisa
sebanyak itu. Kelapa disebut sebagai sumber 4 F yaitu food atau pangan, fiber
atau serat, feed atau pakan dan fuel atau bahan bakar. Di negara di
Pasific terutama di Vanuatu yang sumber daya energinya terbatas, minyak kelapa
diolah menjadi bio diesel,
alternatif bahan bakar fosil yang sangat mahal disana.
Multi manfaat membuat kelapa disebut pohon kehidupan (tree of life). Kelapa menjadi
bagian budaya
dan sejarah masyarakat. Di
Indonesia, ukiran pohon kelapa dapat ditemui di relief Candi Borobudur yang
dibangun pada tahun pada tahun 750 Masehi. Sumpah Palapa oleh patih Gajah
Mada dimasa Kerajaan
Majapahit menyatakan Amukti Palapa bahwa
ia tidak akan menikmati lesatnya buah kelapa sebelum mempersatukan nusantara. Di beberapa
wilayah bibit kelapa menjadi seserahan syarat untuk menikah, kelapa juga
ditanam ditiap kelahiran anak.
Jaman Kejayaan dan Masa Suram Kelapa
Kopra yang
diolah menjadi minyak kelapa sebagai komoditas perdagangan pernah mengalami masa kejayaannya pada 1890an
hingga 1950an. Kontribusi hasil perdagangan kopra tercatat sebesar 40% dari total
pendapatan pemerintah kolonial atau Indonesia (Asba,
2007). Minyak
kelapa memang pernah menjadi sumber utama minyak sayur dunia. Pada tahun 1924
tercatat bahwa minyak kelapa mensuplai 17,6% dari
kebutuhan minyak sayur global,
kedua setelah minyak kapas (Snodgrass, 1928). Kini posisi tersebut turun menjadi hanya 2,05% dan hampir berada
pada urutan terbawah dari semua jenis minyak sayur.
Kejayaan minyak kelapa
pada masa tersebut berkontribusi
bagi perjalanan bangsa. Hasil
perdagangan dan penyelundupan kopra digunakan untuk pembelian persenjataan dan
logistik perang selama perjuangan kemerdekaan. Pemanfaatannya berlanjut untuk membiayai pemerintahan dan pembangunan pasca
merdeka. Tidak sedikit pula pahlawan nasional kita lahir dan besar di daerah
penghasil kelapa seperti Sam Ratulangi, Wolter Monginsidi, Daan Mogot dan lainnya dari Sulawesi Utara dan bahkan Jenderal Soedirman yang lahir di
Purbalingga dan besar di Cilacap wilayah Karesidenan Banyumas Jawa Tengah.
Pun emas seberat 38 kg yang bertengger di
atas puncak Monumen Nasional, disumbangkan oleh seorang saudagar asal Aceh yang
juga pengusaha kopra. Beberapa
tokoh pengusaha kita pernah diwariskan
atau merintis usahanya dari perdagangan kopra. Sebut saja Eka Tjipta Wijaya
pemilik Lippo Group, Sodono Salim perintis Salim Group atau Indofood, Peter
Sondakh pemilik usaha
Rajawali Group, Ciputra dan
lain sebagainya.
Akan tetapi kejayaan
kelapa pudar akibat lobi politik ekonomi yang kuat di Amerika tahun
50 hingga 80an. Beberapa pihak terutama American
Soybean Association (ASA) dan terakhir oleh milioner Phil Sokolof melalui
kampanye negatif menuduh bahwa minyak kelapa mengandung kolesterol, penyebab kegemukan dan konsuminya menyebabkan gangguan jantung. Bagi ASA, motifnya mudah
ditebak adalah untuk memproteksi industri kedelai yang akan memasok kebutuhan domestik Amerika Serikat. Banyak aturan kemudian dibuat untuk melemahkan minyak kelapa
seperti penerapan pajak masuk kopra sebesar USD66 per
ton serta pelarangan penggunaan
minyak kelapa untuk industri pangan.
Gerakan dan kampanye
negatif tersebut terbukti efektif dan berdampak luas. Industri
pangan dalam negeri Amerika Serikat tidak lagi menggunakan minyak kelapa. Ekspor kopra
menjadi lesu dan banyak kebun kelapa kemudian tidak terawat akibat harga yang
tidak lagi menggairahkan. Celakanya pasar domesik negara penghasil kelapa termasuk Indonesia juga menurun
akibat masyarakat kita percaya
pendapat tersebut. Saat ini masyarakat kita masih
takut atau
ragu mengkonsumsi minyak kelapa
atau santan.
Bangkitnya Pasar Kelapa Global dan Potensi Ekonomi Kelapa
Pasar produk turunan kelapa global kini mulai bangkit.
Ini disebabkan karena munculnya kesadaran masyarakat bahwa minyak kelapa dan VCO, santan serta air
kelapa justru merupakan produk pangan yang sehat dan menyehatkan. Bukti ilmiah justru menunjukkan bahwa minyak kelapa
mudah terurai dalam tubuh, tidak mengandung kolesterol dan terurai menjadi
energi. Demikian pula air kelapa adalah air minum organik dan higienis yang
diprodusi alam dan terlindungi oleh lapisan-lapisan buah yang tebal yang tidak mudah
tercemar.
Permintaan akan produk turunan kelapa meningkat tajam. Air kelapa misalnya mengalami pertumbuhan
yang signifikan dalam enam tahun belakangan
ini. Air kelapa yang biasanya merupakan produk sampingan (by
product) pada industri tepung parut
kering (desiccated coconut) kini diolah untuk diekspor. Filipina misanya mencatat
volume ekspor air kelapa yang tumbuh menjadi hampir 40 kali lipat dari 500 ribu
liter ditahun 2007 menjadi 19 juta liter di tahun 2013. Secara global kini industri
air kelapa sebagai minuman segar diperkirakan bernilai USD1
miliar atau setara Rp. 12,5 triliun (APCC Statistical Yearbook, 2014). Nilai
ini sangat besar untuk air kelapa yang terlihat banyak
terbuang dipasar-pasar tradisional.
Pertumbuhan juga tercatat
pada arang batok. Serupa dengan air kelapa, lima atau empat tahun lalu batok
kelapa sebagian besar tidak terolah. Kini harga arang batok sebesar Rp. 5400
per kilogram naik dua kali lipat
dalam empat tahun. Kenaikan ini menumbuhkan
banyak usaha pembakaran batok kelapa dibeberapa daerah. Arang batok
tidak hanya diekspor, beberapa diolah menjadi briket untuk barbeque atau
panggang dan terutama yang marak untuk sisha atau rokok uap ala Timur
Tengah.
Prospek ekonomis juga
ada pada industri pengolahan sabut kelapa. Dengan produksi kelapa sebanyak 16,5
miliar butir pertahun, maka diperoleh sabut sebesar 5,5 miliar ton.
Sabut ini bisa diolah menjadi serat (fiber) dan remah sabut kelapa (cocopeat)
kemudian diproses menjadi produk akhir seperti keset, geotekstil, matras, media tanam dan lain sebagainya. Menurut hitungan AISKI (Asosiasi Industri Sabut
Kelapa Indonesia) pengembangan industri sabut dalam negeri yang kuat dapat
menghasilkan perputaran uang sebesar Rp. 15 triliun. Industri sabut bersifat
padat karya sehingga menyerap banyak
tenaga kerja.
Peluang pengembangan
industri produk turunan kelapa besar. Saat ini volume ekspor produk kelapa Indonesia tercatat
kurang lebih sebesar Rp. 12,6 triliun dari hanya sembilan jenis produk
turunan. Nilai ini masih dapat ditingkatkan jika dibandingkan dengan Filipina
yang telah mengekspor lebih dari 30 jenis produk turunan kelapa dengan nilai Rp. 18,5 triliun. Jika industri
kelapa dikembangkan secara
maksimal, dengan melihat nilai tambah dari pengolahan kelapa, maka industri kelapa diperkirakan dapat menyetor devisa sebesar Rp.70 hingga 80 triliun.
Kelapa baik di hulu
maupun hilir harus didorong pengembangannya untuk berbagai alasan selain yang disebutkan diatas. Pertama adalah 98,2% dari perkebunan
kelapa yang ada dimiliki oleh rakyat, oleh karena itu mendorong pertumbuhannya
akan membangun ekonomi kerakyatan. Kedua adalah industri kelapa berbentuk usaha
kecil menengah sehingga dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan pedesaan tempat
tumbuhnya kelapa serta dapat mendorong munculnya pengusaha-pengusaha baru. Asalan ketiga adalah peningkatan produksi tidak akan merusak hutan atau lingkungan karena kelapa tumbuh subur dan
produktif dikawasan pesisir. Keempat
adalah pengembangan
perkebunan kelapa juga dapat mendukung program ketahanan pangan, kelapa
merupakan tanaman yang dapat hidup berdampingan dan tidak mematikan tanaman
lain. Oleh karena itu pola tanam campur sari sangat memungkinan diterapkan
diperkebunan kelapa.
Perayaan Hari Kelapa
Dunia yang dilaksanakan meriah
setiap 2 September diberbagai negara penghasil kelapa. Tanggal 2
September adalah hari berdirinya Asian and Pacific Coconut Community (APCC),
sebuah lembaga internasional negara penghasil kelapa yang bermarkas di
Indonesia sejak didirkan tahun 1969. Perayaan ini diharapkan akan membangun
kesadaran kita bersama bahwa kelapa
merupakan tanaman yang penting, baik secara sejarah, sosial dan
budaya serta ekonomi. Selamat
Hari Kelapa Dunia.