Kita sering mengatakan bahwa Indonesia negara penghasil
kelapa terbesar dunia. Luas kebun yang sering dikutip adalah 3,6 juta hektar. Kelapa
yang tumbuh subur di pesisir dan kondisi geografis Indonesia sebagai negara
kepulauan dengan garis pantai terpanjang didunia membuat klaim ini lumrah. Jika
memang demikian tidak ada salahnya berbangga.
Akan tetapi kenyataan pahit membayangi perkelapaan Indonesia.
Tanpa disadari tiap tahun luas kebun kelapa Indonesia berkurang diperkirakan
sekitar 30 ribu hingga 40 ribu hektar. Ini berarti bahwa terjapa kurang lebih 3
hingga 4 juta pohon kelapa tertebang tiap tahunnya. Menurut data statistik
Dirjenbun Kementerian Pertanian penurunan luas kebun kelapa terjadi sejak 2004
lalu dan menurun tajam ditahun 2010.
Berkurangnya luas kebun terjadi karena beberapa hal seperti alih fungsi
lahan menjadi pemukiman, perkantoran dan perindustrian serta yang lebih banyak
adalah perubahan komoditas terutama sawit. Beberapa kebun kelapa yang telah
beralih menjadi sawit dapat ditemui dibeberapa kecamatan di Indragiri Hilir
serta di Gorontalo.
Perubahan tersebut merubah posisi Indonesia dalam peta
produksi kelapa global. Kini Indonesia bukan lagi penghasil kelapa terbesar
dunia. Tetra Pak perusahaan kemasan makanan dan minuman terkemuka dunia
mempublikasikan peta penghasil kelapa dunia 2014. Di peta tersebut Indonesia benar
berada diurutan kedua setelah India. Buku Statitik Kelapa Tahunan APCC
menunjukkan data produksi kelapa India melampaui Indonesia sejak 2010 lalu.
India melalui Coconut Development Board, lembaga setara
kementerian yang khusus menangani kelapa sukses meningkatkan produksinya. Lembaga
ini memiliki kewenangan yang besar untuk pengembangan kelapa mulai dari hulu
hingga hilirnya. Kini India memproduksi lebih dari 22 miliar butir per tahun.
Jauh diatas Indonesia yang diperkirakan 15,7 miliar butir itupun menurun dari
tahun ke tahun.
Luas kebun kelapa Indonesia terus menyusut sejak tahun 2004
dengan laju rerata 1%. Data dari lembaga lain seperti BPS menyatakan luas kebun
kelapa yang dimiliki Indonesia saat ini justru lebih rendah lagi. Penyusutan luas kebun tersebut diperparah
dengan rendahnya produktivitas pohon akibat pengelolaan kebun yang kurang maksimal.
Demikian pula dengan kondisi pohon yang sudah tua dan melewati masa
produktifnya. Ada beberapa versi tentang proporsi pohon tua ada yang mengatakan
bahwa sekitar 15% atau bahkan hingga 50% dari pohon kelapa yang ada telah
berumur 50 tahun.
Dengan persoalan ini tidak heran jika kita mulai mengimpor
produk turunan kelapa, termasuk dari India.