Monday, July 4, 2016

MEMBANDINGKAN INDUSTRI SABUT KELAPA 3 NEGARA

Mari bandingkan industri sabut kelapa di tiga negara Indonesia, Filipina dan Thailand.
Indonesia, pemanfaatan sabutnya belum serius. Lebih banyak terbuang jadi sampah atau dibakar. Industri sabut nasional masih dipandang sebelah mata. Bagi pelaku usaha ini bisnis hebat. Masyarakat belum percaya, mengubah sampah jadi emas. Pemerintah? dulu banyak program bantuan mesin namun tidak jalan. Sebagian besar jadi barang rongsok.Ironinya kita sibuk merasa besar, padahal Indonesia bukan lagi negara penghasil kelapa terbanyak dunia. India diam-diam mengambil alih posisi tersebut sejak tiga tahun lalu.

Filipina, pengembangan industri sabutnya dijadikan agenda nasional tahun 2013. Sabut menurut mereka bisa menggerakkan ekonomi pedesaan dan mensejahterakan masyarakat. Salah satu produk modern sempat didorong pengembangannya yaitu papan organik tanpa lem kimia. Proyek ini kerjasama dengan salah satu universitas riset terkemuka Belanda. Ideal, hebat dan canggih. Produknya jadi, tapi ibarat foto dibawah hanya enak dipandang namun tidak nyaman dipakai. Industrinya tidak berjalan karena pasar tidak siap, tidak ada yang mau beli.

Thailand lain lagi. Industri kelapa Thailand didominasi produk pangan kelapa. Karena kuat pariwisatanya, Thailand mendorong industri sabutnya untuk souvenir. Hasilnya, souvenirnya terkesan tidak alami dan otentik. Ia berkembang karena dorongan ekonomi semata, komodifikasi. Padahal mahakarya seni dilahirkan murni untuk tujuan seni itu sendiri. Keindahan souvenirnya setengah-setengah. Ibarat foto dibawah jenis kelamin tidak jelas, laki-laki iya tapi lenggak dan pengakuannya wanita.

Selamat berakhir pekan Sahabat Kelapa Indonesia dimanapun anda berada...


No comments:

Post a Comment